Mahasiswa KKN UNDIP Kenalkan Shokuiku, Pendidikan Makanan dan Nutrisi Berbasis Potensi Lokal di Desa Kiringan
Penyuluhan yang berlangsung pada Selasa (30/07/24) ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman orang tua dan wali murid tentang pentingnya gizi seimbang bagi anak-anak usia dini.
Dalam kesempatan tersebut, dirinya memperkenalkan konsep shokuiku—Sebuah pendidikan makanan dan nutrisi dari Jepang yang ditekankan pada pentingnya pola makan sehat sejak usia dini kepada orang tua dan wali murid sisw-siswi TK Peritiwi 1 & 2 Kiringan.
Dengan menggabungkan wawasan lokal dan internasional, kegiatan ini diharapkan mampu memberikan dampak positif terhadap pola asuh dan pemenuhan gizi bagi anak-anak di desa tersebut.
Seperti yang kita tahu, Pendidikan makanan dan nutrisi sejak dini merupakan hal yang sangat penting, terutama bagi anak-anak yang berada pada masa pertumbuhan.
Gizi yang seimbang tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan fisik anak, tetapi juga perkembangan kognitif dan emosional mereka.
Anak-anak yang tidak terpenuhi kebutuhan gizinya berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan, seperti stunting, obesitas, hingga diabetes. Di Indonesia, permasalahan stunting dan kurang gizi masih menjadi tantangan besar, terutama di daerah pedesaan.
Shokuiku adalah konsep pendidikan makanan dan nutrisi yang berasal dari Jepang. Istilah "shokuiku" secara harfiah berarti "edukasi makanan."
Konsep ini mulai dikembangkan secara sistematis di Jepang pada awal abad ke-21, seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya pendidikan nutrisi dalam menjaga kesehatan masyarakat.
Shokuiku berfokus pada pemahaman yang mendalam tentang asal-usul makanan, nilai gizi, serta pentingnya kebiasaan makan yang sehat dan seimbang.
Di Jepang, program shokuiku diterapkan mulai dari tingkat sekolah dasar hingga masyarakat umum, dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk keluarga, sekolah, dan komunitas lokal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan shokuiku meliputi dukungan pemerintah, keterlibatan keluarga dan masyarakat, serta pemahaman yang mendalam tentang makanan lokal.
Di Jepang, keberhasilan shokuiku tidak hanya diukur dari penurunan angka obesitas dan penyakit terkait gizi, tetapi juga dari meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan sehat.
Adapun, Shokuiku memiliki 4 prinsip yang sangat penting yang menjadi pokok utama, yaitu:
Fokus pada Rasa Kenyang daripada Kalori
Shokuiku menekankan pentingnya mendengarkan sinyal tubuh untuk menentukan kapan harus makan dan kapan harus berhenti. Alih-alih menghitung kalori, fokus utamanya adalah pada rasa kenyang dan kepuasan yang diperoleh dari makanan. Dengan memperhatikan rasa kenyang, seseorang akan makan dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, sehingga menghindari makan berlebihan dan menjaga berat badan yang sehat.
Lebih Banyak Makanan Utuh
Prinsip ini mendorong konsumsi makanan yang minim proses atau makanan utuh seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan protein tanpa lemak. Makanan utuh cenderung lebih padat nutrisi, kaya serat, dan bebas dari bahan tambahan yang sering ditemukan dalam makanan olahan. Dengan mengonsumsi lebih banyak makanan utuh, individu dapat memenuhi kebutuhan gizi mereka secara lebih alami dan sehat.
Menikmati Beragam Makanan
Shokuiku mengajarkan pentingnya variasi dalam pola makan. Dengan menikmati berbagai jenis makanan dari berbagai kelompok makanan, seseorang dapat memastikan asupan nutrisi yang seimbang dan mencegah kebosanan dalam pola makan.
Selain itu, prinsip ini juga membantu menjaga keseimbangan mikrobioma usus dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.
Berbagi Makanan dengan Orang Lain
Prinsip ini mencerminkan nilai sosial dan budaya dalam makan bersama. Shokuiku menekankan pentingnya menikmati makanan dalam kebersamaan, baik dengan keluarga, teman, maupun komunitas.
Berbagi makanan tidak hanya mempererat hubungan sosial, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai seperti kesederhanaan, pengertian, dan rasa syukur.
Selain itu, makan bersama juga dapat mendorong pola makan yang lebih sehat karena adanya dorongan untuk makan dengan lebih teratur dan seimbang.
Prinsip-prinsip ini merupakan bagian dari pendekatan holistik shokuiku dalam menciptakan kebiasaan makan yang sehat, berkelanjutan, dan bermakna secara sosial.
Di Desa Kiringan sendiri memiliki potensi pangan lokal yang sangat besar, terutama pada produksi jagung dan padi.
Potensi ini bisa menjadi dasar dalam mengadopsi konsep shokuiku ke dalam pendidikan dan sosialisasi di desa tersebut.
Dengan memanfaatkan sumber daya pangan lokal, program shokuiku di Desa Kiringan bisa difokuskan pada pengenalan makanan sehat berbasis jagung dan padi, serta pentingnya gizi seimbang.
Ibu Titik, seorang guru PAUD di TK Pertiwi Kiringan, menekankan pentingnya sosialisasi tentang gizi seimbang untuk anak-anak.
Menurut beliau, penyuluhan semacam ini sangat diperlukan untuk mencegah masalah kesehatan seperti stunting dan diabetes yang seringkali diakibatkan oleh konsumsi makanan yang tidak sesuai dengan standar keseimbangan gizi.
Beliau juga menambahkan bahwa program shokuiku dapat menjadi sarana edukasi yang efektif, terutama jika disesuaikan dengan kondisi dan potensi pangan lokal di Desa Kiringan.
Lalu cara apa yang bisa dilakukan agar Konsep Shokuiku berhasil diterapkan?
Agar implementasi shokuiku di Desa Kiringan berhasil, beberapa langkah penting perlu dilakukan. Pertama, perlu adanya dukungan dari pemerintah desa dan pihak-pihak terkait untuk mengintegrasikan shokuiku ke dalam program pendidikan dan kesehatan desa.
Kedua, perlu adanya pelatihan bagi guru dan kader kesehatan di desa agar mereka memahami konsep shokuiku dan mampu menerapkannya dalam kegiatan sehari-hari. Ketiga, keterlibatan keluarga dan masyarakat dalam program ini sangat krusial, mengingat peran mereka dalam membentuk kebiasaan makan anak-anak.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan program shokuiku dapat diimplementasikan dengan baik di Desa Kiringan, sehingga dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya gizi seimbang dan mengurangi risiko masalah kesehatan pada anak-anak di desa tersebut.
Nama: Novi Indriani (Fakultas Ilmu Budaya)
Dosen Pembimbing Lapangan: drg. Indah Lestari Vidyahayati. MDSc.,Sp.KGA
Editor: Nur Ardi