Inovatif! Mahasiswa KKN UNDIP Terapkan Metode 5S untuk Produksi Kompos di Desa Kiringan
Program ini merupakan bagian dari kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dilakukan oleh mahasiswi Universitas Diponegoro, yang tergabung dalam TIM II KKN UNDIP 2024.
Dalam program kerja Monodisiplin yang dilaksanakan pada Jumat (26/07/24) oleh Novi Indriani (Bahasa dan Kebudayaan Jepang) yang juga tergabung dalam TIM II KKN UNDIP 2024. Memperkenalkan konsep 5S dari Jepang kepada ibu-ibu Kelompok Tani Sekar Makmur.
5S adalah metode manajemen yang terdiri dari Seiri (Sortir), Seiton (Susun), Seiso (Sanitasi), Seiketsu (Standarisasi), dan Shitsuke (Disiplin).
Metode ini dikenal efektif dalam menciptakan lingkungan yang bersih, rapi, dan nyaman, serta dapat diterapkan dalam berbagai bidang, termasuk dalam pembuatan pupuk kompos.
Program kerja yang dilaksanakan pada pertemuan kelompok tani ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi dalam pembuatan pupuk kompos dari sampah organik dan kotoran ternak.
Sebagai desa yang berfokus pada pertanian, Desa Kiringan memiliki potensi besar dalam memanfaatkan limbah organik untuk menghasilkan pupuk kompos.
Namun, pengelolaan sampah dan proses pembuatan kompos sering kali menghadapi tantangan, seperti kebersihan dan keteraturan. Oleh karena itu, penerapan konsep 5S diharapkan dapat memberikan solusi yang praktis dan berkelanjutan.
”Kalau untuk pengelolan pupuk dari kotoran, dari ibu-ibu memang masih mengelola kotoran sapi secara sederhana mbak, belum ada campuran bahan bahan lain, dan biasanya memang kita buat langsung di tempat kwt, tanpa alat khusus” Kata Bu Eny Ketua Kelompok Tani Wanita Sekar Makmur, Kiringan.
Dalam penyuluhannya, dijelaskan secara rinci bagaimana masing-masing elemen dari konsep 5S dapat diterapkan dalam proses pembuatan pupuk kompos.
Ia menekankan pentingnya menjaga kebersihan dan kerapihan dalam setiap tahap pengolahan, guna memastikan lingkungan kerja yang sehat dan hasil kompos yang berkualitas.
1. Seiri (Sortir): Tahap pertama adalah memilah sampah organik yang dapat digunakan untuk kompos dari material yang tidak terurai. Ini penting untuk menghindari kontaminasi dan memastikan bahwa bahan yang digunakan benar-benar bermanfaat bagi proses kompos.
2. Seiton (Susun): Setelah sampah organik dan kotoran ternak dipilih, langkah berikutnya adalah menyusun bahan-bahan tersebut dengan rapi dalam tempat yang telah disediakan. Penataan yang baik akan memudahkan akses dan pemantauan terhadap proses pengomposan.
3. Seiso (Sanitasi): Kebersihan area pengolahan kompos sangat penting. Dijelaskan bahwa menjaga sanitasi lingkungan pembuatan kompos akan mengurangi risiko penyakit, serta mencegah bau tidak sedap yang dapat mengganggu kenyamanan lingkungan sekitar.
4. Seiketsu (Standarisasi): Setelah proses pengolahan kompos dijalankan sesuai dengan langkah-langkah sebelumnya, penting untuk menstandarisasi metode ini. Standarisasi akan mempermudah ibu-ibu kelompok tani dalam mengikuti prosedur yang sama, sehingga kualitas dan kebersihan kompos yang dihasilkan dapat dipertahankan.
5. Shitsuke (Disiplin): Langkah terakhir adalah membangun kebiasaan disiplin dalam mengikuti prosedur 5S. Disiplin menjadi kunci agar semua proses yang telah diterapkan dapat terus berjalan dengan baik dan konsisten.
Dalam forum tersebut, memberikan penyuluhan mengenai betapa pentingnya menjaga kebersihan selama proses pembuatan kompos.
Kebersihan tidak hanya berdampak pada kesehatan para pembuat kompos, tetapi juga pada kualitas pupuk yang dihasilkan. Pupuk kompos yang bersih dan bebas dari kontaminan akan lebih efektif dalam menyuburkan tanah dan meningkatkan hasil pertanian.
Program ini mendapat sambutan positif dari para peserta, yang merasa mendapatkan wawasan baru dalam pengelolaan sampah organik dan pembuatan pupuk kompos. Dengan penerapan konsep 5S, diharapkan Desa Kiringan dapat mengembangkan praktik pertanian yang lebih efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.
Nama: Novi Indriani (Fakultas Ilmu Budaya)
Dosen Pembimbing Lapangan: drg. Indah Lestari Vidyahayati. MDSc.,Sp.KGA