Inovatif! Mahasiswa KKN UNDIP Adakan Pelatihan Ubah Minyak Jelantah Jadi Sabun Cuci Ramah Lingkungan di Desa Pulosari
Demonstrasi pembuatan sabun cuci dari minyak jelantah, Minggu (4/8) (Sumber: Dok. Pribadi) |
Konsumsi asam lemak bebas yang tinggi beresiko menimbulkan bahaya kesehatan seperti stroke dan jantung koroner. Selain berdampak pada kesehatan manusia, pembuangan minyak jelantah secara sembarangan ke saluran air ataupun tanah dapat menimbulkan pencemaran lingkungan.
Sadar akan pentingnya dampak yang ditimbulkan dari minyak jelantah, Fahma Saniyya, mahasiswa Tim II Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Diponegoro (UNDIP) 2023/2024 dari Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Matematika (FSM) 2021, mengusung program kerja monodisiplin untuk mengurangi limbah minyak jelantah dengan mengolahnya menjadi produk inovatif yang bernilai ekonomis dan ramah lingkungan.
Program kerja tersebut disambut antusias oleh Ibu Purwi, salah satu kader PKK Desa Pulosari. Beliau mengatakan bahwa selama ini belum terdapat pelatihan pengolahan produk dari minyak jelantah di Desa Pulosari karena masyarakat umumnya hanya membiarkan limbah minyak jelantah dibuang begitu saja.
Foto bersama Pengurus PKK Desa Pulosari pasca pelaksanaan program kerja, Minggu (4/8) (Sumber: Dok. Istimewa) |
Kegiatan program kerja monodisiplin dilaksanakan pada Minggu (4/08/24) dengan dihadiri oleh ibu-ibu PKK Desa Pulosari. Dalam kegiatan ini, pelatihan yang dilakukan ialah mengolah minyak jelantah menjadi sabun cuci padat.
Bahan yang digunakan yakni minyak jelantah, arang aktif, air, serta soda api. Caranya, minyak jelantah direndam menggunakan arang aktif semalaman untuk proses netralisasi. Setelah 24 jam, minyak jelantah disaring. Selanjutnya, soda api dilarutkan ke dalam air menggunakan wadah non alumunium, kemudian larutan didiamkan hingga suhu turun ke suhu ruang.
Setelah suhu turun, minyak jelantah dimasukkan ke dalam larutan soda api, lalu diaduk. Untuk mengurangi bau tak sedap serta memperindah tampilan, pewangi dan pewarna alami seperti bubuk kopi dapat ditambahkan ke dalam campuran. Campuran kembali diaduk hingga konsistensinya seperti mayones. Terakhir, campuran dimasukkan ke dalam cetakan sabun dan ditunggu selama sebulan untuk proses curing.
Selama sesi tanya jawab, banyak pertanyaan yang diajukan. Ibu Sutami, salah satu peserta pelatihan, mengajukan pertanyaan tentang bagaimana keamanan dari sabun tersebut. Menanggapi hal itu, Fahma menjelaskan bahwa sabun cuci dari minyak jelantah aman digunakan asalkan proses pembuatannya dilakukan dengan benar karena setelah proses curing atau saponifikasi selesai dan sabun mengering, zat berbahaya dalam minyak akan hilang. Namun jika ingin lebih waspada terhadap keamanan sabun tersebut, dapat melakukan pengecekan pH serta uji laboratorium lebih lanjut.
Sebelum kegiatan diakhiri, Ibu Estikana, salah satu peserta pelatihan mengatakan “Ternyata cara pembuatan sabun cuci dari minyak jelantah cukup mudah, saya akan mencoba membuatnya di rumah”. Semangat ibu-ibu PKK dalam mengikuti pelatihan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan kesadaran untuk mengurangi limbah minyak jelantah. Minyak jelantah yang dapat menjadi ancaman serius bagi lingkungan dan kesehatan manusia dapat diolah kembali menjadi produk inovatif yang bernilai ekonomis dan ramah lingkungan.
Editor: Nur Ardi